[Epilogue] Like Rain, Like Love

 

Poster Like Rain, Like Love Epilogue

Written by Sylviamnc

Love falls down with the rain, memories flow with the rain
I think of you again with the sound of rain
Tear falls down with the rain, memories flow with the rain
Following the rain, you leave after moistening my hardened heart

CN.BLUE – Love Rides the Rain

Rintik-rintik air hujan kembali turun membasahi bumi. Seakan ikut menangisi acara pemakaman gadis itu. Hujan juga ikut mewakili suasana hati orang-orang yang ditinggalkannya. Orang-orang mulai meninggalkan daerah pemakaman karena hujan yang semakin deras, tetapi tidak berlaku bagi seseorang.

Kyu Hyun masih berdiri di tempatnya tanpa peduli akan air yang mulai membasahi rambutnya perlahan. Ia menatap nanar gundukan tanah di hadapannya.

Apa yang sebenarnya terjadi pada Eun Soo? Mengapa ia bisa berlumuran darah seperti malam itu? Siapa yang tega membunuh gadis malang itu? Pertanyaan-pertanyaan sejenis terus berkeliaran di otaknya tanpa ada satu pun yang terjawab.

“Kyu,” panggil Sung Min seraya menepuk pundak Kyu Hyun. Ia memayungi Kyu Hyun dengan payung yang ia bawa.

Kyu Hyun tersadar dari lamunannya. Ia bergumam kecil menjawabnya tanpa sedikit pun mengalihkan matanya.

Sung Min mendesah. “Hujan semakin deras, sampai kapan kau mau berdiri di sini?”

Kyu Hyun bergeming. Ia tidak peduli akan hujan yang membasahi tubuhnya. Ia tidak peduli kalau ia jatuh sakit karena kedinginan. Ia tidak peduli tubuhnya akan jadi seperti apa. Ia tidak peduli apa pun lagi mengenai dirinya. Hatinya terlalu sakit hingga ia tidak bisa merasakan apa pun lagi.

Sung Min mendesah lagi. “Kyu, aku mengerti perasaanmu, tetapi kau juga jangan menyakiti dirimu sendiri.”

Kyu Hyun menoleh sekilas lalu kembali menatap pusara itu.

Sung Min menepuk pundak Kyu Hyun. “Ayo, kembali ke mobil. Setelah hujan berhenti, kau bisa kembali ke sini.”

Kyu Hyun menggeleng lemah. “Aku-,” ucapnya dengan suara parau. “-juga menyukainya,” lanjutnya pelan tersamarkan oleh suara hujan.

Ne?” Sung Min mengernyitkan dahinya karena tidak mendengar dengan jelas ucapan Kyu Hyun.

Hyeong, aku juga menyukai Eun Soo,” aku Kyu Hyun dengan suara yang lebih keras.

Sung Min membulatkan matanya sekilas lalu menutup matanya berusaha mencerna kalimat itu. Ia mengangguk kecil lalu membuka matanya kembali. “Kita kembali ke mobil,” ajaknya.

Kyu Hyun tidak mengelak. Ia mengikuti pria itu sampai ke mobilnya. Ia mengambil tempat di kursi belakang karena ada Hee Chul di kursi sebelah kemudi. “Hyeong,” sapanya pada Hee Chul sebatas kesopanan saja.

Hee Chul hanya berdeham dengan masih bertahan di posisinya. Ia menutup matanya menggunakan lengannya. Jejak air mata masih berbekas di kedua pipinya.

Kyu Hyun tidak masalah diperlakukan seperti itu. Ia tahu pasti hati Hee Chul jauh lebih sakit dibandingkan dengan rasa sakit yang ia rasakan. Ia melepaskan dasi yang ia kenakan lalu membuka kancing teratas kemejanya.

Keheningan meliputi mobil itu. Semua yang berada di sana terlalu sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tiba-tiba suara ringtone ponsel Sung Min mengusik kesunyian di sana.

Sung Min buru-buru mengangkatnya. “Yeoboseyo?” sapanya. “Ne, annyeonghaseyo. Lee Sung Min imnida.”

Kyu Hyun menatap Sung Min sekilas lalu kembali ke dalam pikirannya.

Ne… Ne…” jawab Sung Min pada penelepon di seberang sana. “Mworago?!” pekiknya tiba-tiba membuat Hee Chul dan Kyu Hyun langsung menoleh padanya. Ia menggenggam erat setir mobilnya membuat buku-buku jarinya memutih. “Ne, arasseo. Gomabsumnida.” Ia mematikan sambungan telepon lalu melonggarkan kerah kemejanya yang tiba-tiba terasa mencekik lehernya.

Wenniriya, hyeong?” tanya Kyu Hyun penasaran dengan perubahan pria itu.

“Tersangkanya sudah ditemukan,” tutur Sung Min berusaha menahan emosi dalam suaranya.

Kyu Hyun menautkan alisnya. “Tersangka?” Ia berpikir sedetik lalu membulatkan matanya. “Ja-jadi…Eun-Soo…be-benar-benar…di-di-dibunuh?” tanyanya tergagap tidak percaya.

Sung Min menelan ludahnya dengan susah payah lalu mengangguk.

Kyu Hyun mengguncang keras lengan Sung Min. “Hyeong, ppali! Kita harus lihat siapa yang telah membunuh Eun Soo!” pintanya gusar. Ia sudah tidak bisa mengendalikan emosinya yang meluap-luap. “Ppali!”

Tanpa berpikir lagi Sung Min langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kantor polisi tersebut.

Setengah jam kemudian, mereka sudah sampai di depan kantor polisi. Mereka semua langsung berlari memasuki gedung itu tanpa banyak bicara.

Annyeonghaseyo,” sapa Sung Min pada seorang polisi yang berjaga di bagian depan. “Joneun Lee Sung Min imnida. Saya tadi mendapat informasi kalau tersangka pembunuhan Kim Eun Soo sudah ditemukan.”

“Ah, ne.” Polisi itu mengantarkan Sung Min, Hee Chul dan Kyu Hyun ke sebuah ruangan di bagian dalam.

Di dalam ruang itu ada seorang polisi dan seorang pria yang duduk membelakangi pintu. Pria itu menunduk dan sekujur tubuhnya gemetaran.

Polisi yang berada di dalam ruang itu langsung berdiri begitu melihat mereka bertiga memasuki ruang itu. “Annyeonghaseyo.”

Annyeonghaseyo,” sapa Sung Min sopan.

Polisi itu mempersilahkan mereka masuk. Kyu Hyun yang sedari tadi sudah gusar tidak dapat menahan emosinya lagi. Ia berjalan menuju pria yang kemungkinan besar tersangka itu dengan mengepal erat tangannya. Ia menarik baju pria itu dan langsung meninju keras wajahnya.

Pria itu tersungkur dari kursinya. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Sejurus itu pula air matanya juga ikut turun membasahi pipinya.

Sung Min buru-buru menahan lengan Kyu Hyun saat Kyu Hyun ingin memukul pria itu lagi. “Tenangkan dirimu, Kyu. Ini di kantor polisi,” ucap Sung Min. “Joeseonghamnida.” Sung Min membungkuk pada polisi itu. Polisi itu membantu pria itu duduk kembali di kursinya.

Kyu Hyun menepisnya kasar. Ia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya berusaha menyimpan emosinya dalam-dalam.

Hee Chul yang sedari tadi hanya diam mulai buka suara. “Jadi bisa kau jelaskan motif dibalik pembunuhan adikku ini?”

“Tolong ceritakan kronologis peristiwa malam itu,” pinta Sung Min.

Pria itu menghapus kasar air mata di pipinya. “A-aku membutuhkan uang dalam jumlah besar untuk operasi ibuku. Aku tidak tahu bagaimana cara untuk mendapatkan banyak uang dalam waktu singkat. Jadi aku berpikir untuk merampok,” cerita pria itu.

Sung Min mengepal erat tangannya. “Kalau kau hanya butuh uang, kenapa sampai membunuhnya?” Suaranya terdengar sedikit bergetar karena menahan emosi.

Pria itu menatap Sung Min, Hee Chul dan Kyu Hyun bergantian. “Percayalah, aku tidak pernah berpikir untuk membunuhnya. Tidak pernah sedikit pun aku berpikir untuk membunuh seseorang,” tuturnya berusaha meyakinkan ketiga orang itu. Ia menunduk lagi saat mendapati mata tajam Kyu Hyun yang menatapnya penuh hawa membunuh.

Hee Chul meremas bajunya sendiri. “Lalu?”

Pria itu menarik nafas sebelum membuka suara. “Aku berhasil memasuki rumah itu tanpa diketahui. Dan tiba-tiba gadis itu berteriak. Disaat itu juga otakku langsung kacau dan kalap.”

Pria itu menghentikan ceritanya dan mulai meneteskan air mata kembali. Ia meremas celananya untuk menahan isakannya. “Saat aku sadar, aku sudah menusuk perut gadis itu dengan pisau yang aku bawa. Aku tidak percaya dengan tindakanku sendiri. Tanpa berpikir lagi aku langsung berlari keluar dari rumah itu.”

Pria itu sudah terisak begitu menyelesaikan ceritanya. “Jal mothaeseo. Joeseonghamnida. Aku benar-benar tidak ada niat membunuhnya sebelumnya.” Ia berlutut di kaki Hee Chul. “Joeseongeyo.”

Hee Chul tidak bergerak sedikit pun. Otaknya terlalu pusing mencerna cerita pembunuhan adiknya itu. Sulit baginya mempercayai kenyataan ini. “Apalah arti dari kata maaf. Apa maaf bisa mengembalikannya?”

“Maaf?” Kyu Hyun tertawa sinis. “Kau mengucapkan ‘maaf’ untuk ini?!” lanjutnya dengan nada tak kalah sinis lalu menatap tajam pria itu. Hatinya kembali bergemuruh dipenuhi emosi.

Pria itu berdiri. Ia menatap ketiga pria itu bergantian dengan mata yang merah dan berair. “Maka itu aku mengaku ke sini. Selama tiga hari ini, aku terus dihantui rasa bersalah. Aku tidak tenang menjalani hidupku, aku merasa bersalah untuk ibuku dan juga gadis itu.”

Kyu Hyun mencengkram baju pria itu. Ia hendak memukulnya lagi namun keburu ditahan oleh Hee Chul. Ia menghempas keras tangan Hee Chul dan langsung meninju wajah pria itu lagi.

Sung Min dan Hee Chul langsung menahan Kyu Hyun yang ingin melancarkan pukulan lagi ke arah pria itu. “Kyu!” seru Sung Min keras.

“LEPASKAN AKU!!” Kyu Hyun meronta-ronta ingin dilepaskan. “YA!! KENAPA KAU MENANGIS? KAU PIKIR  AIR MATAMU BISA MEMBUAT KAMI MEMAAFKANMU?!” Ia menatap pria itu dengan tatapan membunuh. “KAU AKAN MENDERITA SEUMUR HIDUPMU KARENA TELAH MEMBUNUH EUN SOO!! SETELAH PERISTIWA INI, KAU TIDAK AKAN MENGENAL LAGI KATA BAHAGIA DALAM HIDUPMU! CAMKAN ITU!!”

Hee Chul menampar keras wajah Kyu Hyun. “Tidak bisakah kau diam?! Kalau tidak bisa, lebih baik kau keluar!” serunya tajam.

Sung Min membelalakan matanya begitu melihat tamparan yang melayang ke pipi Kyu Hyun. Semenjak menerima kabar mengenai kematian adiknya, Hee Chul tidak menunjukkan emosi yang berlebihan. Baru sekarang ia melihat kemarahan dan kesedihan terpancar jelas dari mata Hee Chul.

Kyu Hyun membulatkan matanya tidak percaya. Setitik demi setitik air mata mulai menetes dari kedua matanya. “WAE?!” Ia mendorong kuat tubuh Sung Min dan Hee Chul, sehingga tubuh mereka mundur beberapa langkah. “Apa aku tidak boleh marah padanya? Dia yang telah membunuh Eun Soo, hyeong. Dia yang telah mengambil Eun Soo dari kita.” ucapnya seraya menatap skeptis kedua pria di hadapannya.

Sung Min meremas bahu Kyu Hyun lalu memapahnya keluar dari ruang itu. Mereka berjalan menuju mobilnya dan duduk di dalamnya. Ia memberikan sebotol air mineral pada Kyu Hyun. “Dinginkan dulu pikiranmu, Kyu.”

Kyu Hyun menatap nanar botol air mineral itu. “Apa hyeong tidak marah padanya?” tanyanya tanpa menatap Sung Min.

Sung Min mendesah lalu menutup matanya. “Bohong, kalau aku bilang tidak marah. Aku sangat marah sampai ingin membunuhnya.”

Kyu Hyun menoleh ke arah Sung Min. “Kalau begitu, kenapa kalian menghalangiku tadi?”

“Emosi tidak pernah memperbaiki apapun. Emosi hanya akan memperkeruh suasana, Kyu. Ia sudah mengaku dan menyerahkan diri. Ia juga akan menerima sanksi yang sesuai dengan tindakannya. Selain fisik, ia juga menerima hukuman batin. Ia akan hidup dalam bayang-bayang rasa bersalah seumur hidupnya.”

Kyu Hyun mendesah. “Tapi tetap saja, hyeong.”

“Tidak ada gunanya juga kita memukuli atau bahkan membunuhnya. Eun Soo juga tidak akan bisa kembali lagi,” ucap Sung Min pelan.

Kyu Hyun menatap nanar ke arah Sung Min, berusaha mencerna kata-katanya. Otaknya sudah teracuni oleh emosi sehingga sulit baginya untuk berpikir jernih. Ia membuka tutup botol air mineral tadi lalu meneguk isinya hingga habis.

Tidak berapa lama kemudian, Hee Chul terlihat keluar dari gedung itu dan memasuki mobil Sung Min.

“O, hyeong, sudah selesai?” tanya Sung Min lemah.

Hee Chul mengangguk lalu menoleh ke kursi belakang-tempat Kyu Hyun. “Mian,” lirihnya.

Kyu Hyun menggeleng pelan. “Aku yang ingin minta maaf. Untung saja hyeong menyadarkanku, kalau tidak mungkin aku sudah membunuh pria itu,” sesalnya lalu tersenyum samar. Sepertinya, otaknya mulai bisa berpikir jernih sekarang. “Emosi tidak bisa memperbaiki, hanya memperkeruh suasana,” ujarnya mengulangi ucapan Sung Min tadi.

Hee Chul balas tersenyum samar. “Mungkin ini memang sudah jalannya. Kita harus merelakannya, agar ia tenang disana.”

Sung Min ikut tersenyum samar, “aku yakin, Eun Soo tidak ingin kita terpuruk dalam kesedihan yang berlarut-larut.”

“Eun Soo pasti ingin kita tetap tersenyum,” sambung Hee Chul.

Kyu Hyun mengangguk setuju lalu ia menutup matanya. Akhirnya, hari ini semua pertanyaan yang terus berkeliaran di otak Kyu Hyun terjawab sudah. Hatinya terasa lebih ringan setelah pertanyaan yang membelengunya terjawab sudah. Sekarang hati dan tubuhnya benar-benar terasa lelah. Ia butuh istirahat. Ia ingin tidur sekarang. Eun Soo-ya… jaljayo.

——————————————————–

Finally the story comes to the end! Thank you for your time for reading my story and for your comment and support that really motivate me. I hope you enjoy reading my story.  I’m starting to write my new story soon.

Lastly, mind to leave a comment?

XOXO,

Sylvia ♥


8 thoughts on “[Epilogue] Like Rain, Like Love

  1. wow! menurutku fic ini cepat o_o aku aja ngaret kak-_-
    (mengalihkan faktor tugas dan kemalasan)

    Dan stlh ini, anda ada keinginan utk membuat fic baru ?
    Aku sangat menantinya ! ^-^/\

    1. Hahaha postnya aja yang cepet mah

      Semenjak kuliah uda ga pernah nulis, sekarang mau nulis tapi jadi beda banget bahasanya. Kaku haha

      Ada sih fic yang dalam tahap pengerjaan, tapi masih stuck di halaman pertama. Mana ini mau uts lagi, ntar deh setelah ujian baru lanjut lagi hehe
      Makasih ya uda baca, komen dan menantikan ceritaku. I’m so appreciate that ;;)

      1. Mungkin kaget? Aku dulu juga pernah gitu kak, dan kata temen, katanya harus dilatih atau dikebiasain nulis biar gak kaget-_-

        Wah, kena writer block, iya kak aku juga sama-____-
        Dan bakalan aku lanjut jika ada liburan Unas XD /mencari kesempatan dlm kesulitan/

        Yeah! ^-^ aku akan menanti XD

        1. Bisa jadi sih, ini jg lg nyoba nulis2 lagi, membiasakan diri biar kembali kyk dulu lagi gaya penulisannya hehe
          Pasti semua penulis pernah ngalamin writer block, hrs cari2 inspirasi lagi nih

          Thanks ya hehe semoga cepet rampung.

          1. Semoga mendapatkan kembal gaya penulisan awal^-^/
            Iya, hrs cari inspirasi -_-

            Anda juga ^.~

  2. Aigoo sedih banget endingnya, Eunsoo yg begitu baik hrs diperlakukan seperti itu oleh perampok itu, Kyu oppa Sungmin oppa Heechul oppa sabar ya

    1. Thanks banget ya udah komen dari awal hingga akhir. Aku seneng banget liat komen2 kamu di setiap cerita.
      Makasih ya, dukungan moral kamu akan aku sampaikan ke mereka bertiga. Nah, sekarang kan ud pd ga ad gebetan nih, kamu mau nyalonin diri utk salah satu dr mrka ga? Hahaha XD

Leave a reply to luwinaa Cancel reply